“Dan guruh bertasbih memuji Allah, dan para malaikat (bertasbih) karena
takut kepadaNya. Allah mengirim petir lalu menimpakannya kepada siapa
yang dikehendakiNya, sedang mereka membantah tentang Allah, dan Dialah
yang sangat keras siksaNya.”
Al-Baidawi berkata, “Ibnu Abbas
melaporkan bahwa sang Nabi ditanyai mengenai petir. Jawabnya, ‘Itu
adalah malaikat yang diberi kuasa terhadap awan. Dia telah melilitkan
balutan api yang sekalian mengendarai awan dan para malaikat, dengan
rasa gentar terhadap Allah.’ Pendapat lain berkata bahwa kata depan
‘Nya’ di ayat itu mengacu pada petir itu sendiri.”
Al-Tirmidhi
mengutip Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa “Orang-orang Yahudi datang
pada Muhammad dan berkata, ‘Ceritakan pada kami tentang petir. Apakah
itu?” Ia menjawab: ‘Salah satu malaikat yang diwenangkan kepada awan.
Dia melilitkan balutan api berkendaraan awan sesuai dengan kehendak
Allah.’ Mereka bertanya, ‘Suara yang terdengar itu sesungguhnya apa?’
Dia berkata, ‘Itu adalah tegurannya kepada awan, dimana mereka harus
berhenti ketika diperintahkan bagi mereka.’ Kata mereka, ‘Kau telah
mengatakan kebenaran!’”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
mengatakan, ”Dalam hadits marfu’ (sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, pen) pada riwayat At Tirmidzi dan selainnya, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang ar ro’du, lalu beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
مَلَكٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ مَعَهُ مخاريق مِنْ نَارٍ يَسُوقُ بِهَا السَّحَابَ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ
”Ar ro’du [SUARA PETIR] adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan
dan bersamanya pengoyak dari api yang memindahkan awan sesuai dengan
kehendak Allah.”[HR. Tirmidzi no. 3117. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih.]
Dari ‘Ikrimah mengatakan bahwasanya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tatkala mendengar suara petir, beliau mengucapkan,
سُبْحَانَ الَّذِي سَبَّحَتْ لَهُ
”Subhanalladzi sabbahat lahu” (Maha suci Allah yang petir bertasbih
kepada-Nya). Lalu beliau mengatakan, ”Sesungguhnya petir adalah malaikat
yang meneriaki (membentak) untuk mengatur hujan sebagaimana pengembala
ternak membentak hewannya.”[Lihat Adabul Mufrod no. 722, dihasankan oleh
Syaikh Al Albani.]
Apabila ’Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan,
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
“Subhanalladzi yusabbihur ro’du bi hamdihi wal mala-ikatu min
khiifatih” (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan
memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya). Kemudian beliau mengatakan,
إِنَّ هَذَا لَوَعِيْدٌ شَدِيْدٌ لِأَهْلِ الأَرْضِ
”Inilah ancaman yang sangat keras untuk penduduk suatu negeri”.[Lihat Adabul Mufrod no. 723, dishohihkan oleh Syaikh Al Albani]
JADI MENURUT MUHAMAD "PETIR ADALAH MALAIKAT BERTERIAK YANG SEDANG
MENGANCAM PENDUDUK SUATU NEGERI" DAN PERGERAKAN AWAN ADALAH DISEBABKAN
OLEH CAMBUKAN MALAIKAT.
Kita bertanya: Mengherankan. Mengapa
Qur’an menyebut petir itu seorang malaikat sementara orang-orang
primitif dikala itu menganggapnya sebagai dewa? [Keduanya konyol! Yang
satu dongeng, yang lain mitos]. Pada kenyataannya itu adalah kekuatan
arus listrik yang ditimbulkan oleh hubungan ion positif dan negatif yang
ada pada awan.
1 komentar:
Blognya keren sob,, hehe
Posting Komentar